Makalah tentang Munasabah AlQur'an

MUNASABAH  ALQUR’AN

DISUSUN OLEH:
MAYALIANA
KELAS : JIP 2

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas bagi kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah nya saya dapat menyelesaikan makalah saya tepat pada waktunya. Dan tak lupa, sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an pada semester I dengan mengangkat tema “Munasabah Al-Qur’an”. Diharapkan, makalah ini akan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai ilmu munasabah dalam Al-Qur’an yang tak banyak diketahui oleh masyarakat awam.
Mungkin dalam penyusunan makalah ini, terdapat banyak kesalahan di dalamnya, maka dari itu saya harapkan kritik serta saran yang membangun sehingga di kemudian hari akan menjadi lebih baik. Saya berharap bahwa makalah ini akan bermanfaat bagi pembaca.


Medan, 13 September 2018
Disusun oleh


Mayaliana


DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR...................................  i
DAFTAR ISI................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................. 1
A. Latar Belakang...................................... 1
B. Rumusan Masalah................................ 1
C. Tujuan...................................................... 1
BAB II MUNASABAH AL-QUR’AN.......... 2
A. Pengertian Munasabah....................... 2
B. Sejarah Munasabah.............................. 3
C. Macam-Macam Munsabah.................. 4
D. Manfaat Mempelajari Munasabah... 8
E. Cara Mengetahui Munasabah.......... 10
BAB III PENUTUP...................................... 11
A. Kesimpulan........................................... 11
B. Saran......................................................  11
DAFTAR PUSTAKA................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an sebagai pegangan hidup umat islam memegang peran yang sangat besar terhadap perkembangan keilmuan teologi islam karena Al-Qur’an ialah sumber terbesar dan terpercaya dari seluruh disiplin ilmu pengetahuan baik agama maupun umum.
Salah satu kajian dalam disiplin ilmu ini ialah “munasabah Al-Qur’an”. Istilah tersebut mungkin terdengar asing untuk kalangan awam. Hal ini tentulah sangat disayangkan mengingat betapa besarnya peran munasabah dalam penafsiran al-Qur’an.
Munasabah Al-Qur’an adalah hubungan antara ayat ataupun surat dalam Al-Qur’an tentulah tidak disusun secara sembarangan karena setiap penyusunan dalam Al-Qur’an memiliki makna yang saling berkaitan dan sangat membantu dalam penafsiran al-Qur’an.
Kami akan menjelaskan “Munasabah Al-Qur’an” lebih rinci dalam makalah sederhana ini dengan berpatokan pada pokok pembahasan yang sesuai dengan rumusan masalah dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan munasabah?
2. Bagaimana sejarah munasabah Al-Qur’an?
3. Bagaimana pembagian golongan munasabah dalam Al-Qur’an?
4. Bagaimana cara mengetahui munasabah Al-Qur’an?
5. Apa manfaat mempelajari munasabah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari munasabah.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munasabah Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui klasifikasi munasabah dalam Al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui cara mengetahui munasabah Al-Qur’an.
5. Untuk mengetahui manfaat mempelajari munasabah.
BAB II
MUNASABAH AL-QUR’AN
A. Pengertian Munasabah
Munasabah dalam pengertian bahasa adalah cocok, patut, sesuai, mendekati, serasi. Jika dikatakan A munasabah dengan B, berarti A mendekati atau menyerupai B. Dalam pengertian istilah, munasabah diartikan sebagai ilmu yang membahas hikmah korelasi dan keserasian urutan ayat-ayat Al-Qur’an. Munasabah adalah usaha pemikiran manusia dalam menggali rahasia hubungan ayat atau surah yang dapat diterima akal.
Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian munasabah dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Menurut Manna Al-Qaththan, Munasabah adalah segi-segi hubungan antara satu kata dengan kata lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain, antara satu surah dengan surah lain.
2. Menurut M.Hasbi Ash Shiddieqy, membatasi pengertian munasabah kepada keserasian antarayat saja.
3. Menurut Az-Zarkasyi dan Al-Suyuthi, munasabah ialah hubungan yang mencakup antarayat ataupun antarsurah.
Jadi Munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antara ayat atau surah, baik korelasi itu bersifat umum atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau korelasi berupa sebab-akibat.
B. Sejarah Munasabah Al-Qur’an
Menurut Asy-Syarahbani, orang yang pertama menampakkan munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an ialah Abu Bakar An-Naisaburi(wafat tahun 324 H). Namun kitab tafsir yang dimaksud sukar dijumpai sekarang. Besar nya perhatian An-Naisaburi terhadap munasabah tampak dari ungkapan As-Suyuthi sebagai berikut ”Setiap kali ia duduk di atas kursi, apabila dibacakan Al-Qur’an kepadanya ,beliau berkata, ”Mengapa ayat ini diletakkan disamping ayat ini dan apa rahasia diletakkan surah ini di samping surah ini? ”Beliau mengkritik para ulama bagdad sebab mereka tidak mengetahuinya.
Tindakan An-Naisaburi merupakan kejutan dan langkah baru dalam dunia tafsir pada waktu itu. Beliau mempuyai kemampuan untuk menyingkap persesuaian, baik antarayat ataupun antarsurah, terlepas dari segi tepat atau tidaknya, segi pro dan kontra terhadap apa yang dicetuskan beliau.Beliau dipandang sebagai Bapak Ilmu Munasabah.
Dalam perkembangannya, munasabah meningkat menjadi salah satu cabang dari ilmu-ilmu Al-Qur’an. Ulama yang datang kemudian menyusun pembahasan munasabah ialah Ahmad Ibn Ibrahim Al-Andalusi (wafat 807 H) dalam bukunya Al-Burhan fi munasbati Tartibil Qur’an. Menurut pengarang Tafsir An-Nur, penulis yang membahas dengan baik masalah munasabah ialah Burhanuddin Al-Biqa’i dalam kitabnya Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayati was-Suwar.
Ada beberarapa istilah yang digunakan oleh para mufasir mengenai munasabah. Ar-razi menggunakan istilah ta’alluq (pertalian) sebagai sinonim munasabah. Sayyid Quthb menggunakan lafal ittibath (terhubung/ terikat) sebagai pengganti istilah munasabah. Sedangkan sayyid Muhammad Rasyid ridha menggunakan 2 istilah, yaitu al-ittishal (berhubungan).
C. Macam-Macam Munasabah
Berdasarkan beberapa pengertian sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, pada prinsipnya munasabah al-Qur’an mencakup hubungan antar kalimat, antar ayat, serta antar surah. Berikut meupakan beberapa contoh munasabah Al-Qur’an.

a. Munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya
As-Suyuti menyimpulkan bahwa munasabah  antar satu surah dengan surah sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surah sebelumnya.  Sebagai contoh dalam surah Al-Fatihah ayat pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  
Artinya:"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam". (QS. Al-Fatihah: Ayat 1)

Dalam ayat tersebut  ada ungkapan alhamdulilah.Ungkapan ini berkorelasi dengan surah Al-Baqarah ayat 152.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ  [البقرة : 152]
Artinya: “Maka igatlah kepada Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu ,Bersyukurlah kepada    Ku  ,Dan janganlah kamu  mengingkari (nikmat)-Ku “.

Pada ayat pertama surah Al-Fatihah terdapat kata “alhamdulilah”. Ungkapan ini berkorelasi dengan surah Al-Baqarah ayat 152, yang berarti syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

b. Munasabah  antar nama surah dengan  kandungan isinya
Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol dan itu tercermin pada judulnya masing masing. Contoh dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 67-71 berikut ini.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَهِلِينَ {67} قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَاهِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَّ فَارِضُُوَلاَ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَاتُؤْمَرُونَ {68} قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَالَوْنُهَا قّالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَآءُ فَاقِعُُلَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ {69} قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَاهِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَآءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ {70} قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَّ ذَلُولُُتُثِيرُ اْلأَرْضَ وَلاَ تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لاَّ شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الْئَانَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَاكَادُوا يَفْعَلُونَ {71}
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.' Mereka berkata, 'Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?.' Musa menjawab, 'Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil.' [67]. Mereka menjawab, 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?.' Musa menjawab, 'sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.' [68]. Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.' [69]. Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk.' [70]. Musa berkata, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.' Mereka berkata, 'Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.' Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu."[71]. {Q,.s.al-Baqarah:67-71} .
Al-Baqarah berarti sapi betina. Nah, dalam surah Al-Baqarah diatas menceritakan tentang sapi betina yang merupakan inti dari pembicaraan nya. Nah judul surah dan isi nya sangat berkaitan pada surah Al-Baqarah ayat 61-67. Tujuan surah ini adalah menyangkut tentang kebesaran Allah SWT dan keimanan kepada hari kematian. Keharaman membantah perintah Allah, kewajiban berserah-diri kepada perintah atau larangan-Nya, sekalipun belum/tidak diketahui apa manfaat dan alasan di balik perintah dan larangan tersebut. Anjuran agar melakukan perkara yang mudah-mudah (ringan-ringan) dan tidak disukainya sikap Tasyaddud (memberat-beratkan) di dalam semua perkara.

c. Munasabah antar bagian suatu ayat
Munasabah  ini berarti adanya korelasi antarkata dalam sebuah ayat suci Al-Qur’an seperti terlihat pada surah Al-Hadid ayat 4 :

وَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (4) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (5) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (6) }
Artinya: Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.(Q.s Al-Hadid:4)
Nah,pada Surah Al-Hadid ayat 4 terdapat kata yaliju (masuk) dengan kata yakhruju  (keluar) serta kata yanzilu (turun) dengan kata ya’ruju (naik), terdapat korelasi berlawanan.

d. Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah
Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu sehingga membentuk pikiran serta jalinan informasi yang sistematis. Contoh nya dalam surah Al-Mu’minun
Misalnya surah al-Mu’minun dimulai dengan :
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”. (Q.S L-Mu’minun:1)
Kemudian dibagian akhir surat ini ditemukan kalimat,
مَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Artinya : “Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”. (Q.S Al-Mu,minun:117)
Pada surat pertama terdapat kalimat beruntunglah orang-orang yang beriman dan pada akhir surah terdapat kalimat sesungguhnya orang- orang kafir tiada beruntung.

e. Munasabah antara penutup suatu surah dengan awal surah berikutnya.
Misalnya akhir surah Al-Waqi’ah ayat 96 :
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ
Artinya: “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”. (Q.S Al-Waqi’ah: 96)
Lalu surah berikutnya, yakni surah Al-Hadid ayat 1 :
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Artinya: “Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S  Al-Hadid: 1)
Pada akhir surah Al-Waqi’ah terdapat kalimat “bertasbilah dengan (menyebut) nama Tuhan mu Yang Maha Besar”, lalu pada surah selanjutnya yaitu surah Al-Hadid terdapat kalimat “Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah…”.  Terlihat sangat jelas kaitan pada kedua ayat tersebut yakni adanya munasabah antara penutup suatu surah dengan awal surah berikutnya.

D. Cara Mengetahui Munasabah
Sebagaimana kita ketahui, bahwa sejarah munculnya kajian tentang munasabah tidak terjadi pada masa Rasulullah, melainkan setelah berlalu sekitar tiga atau empat abad setelah masa beliau. Hal ini berarti, bahwa kajian ini bersifat taufiqi (pendapat para ulama). Karena itu, keberadaannya tetap sebagai hasil pemikiran manusia (para ahli Ulumul-Qur’an) yang bersifat relatif, mengandung kemungkinan benar dan kemungkinan salah. Sama halnya dengan hasil pemikiran manusia pada umumnya, yang bersifat relatif (Zhanniy).
Sungguhpun keberadaannya mengandung nilai kebenaran yang relatif, namun dasar pemikiran tentang adanya munasabah dalam al-Qur’an ini berpijak pada prinsip yang bersifat absolut. Yaitu suatu prinsip, bahwa tartib (susunan) ayat-ayat al-Qur’an, sebagaimana kita lihat sekarang adalah bersifat Tauqifi yakni suatu susunan yang disampaikan oleh Rasulullah berdasarkan petunjuk dari Allah (wahyu), bukan susunan manusia, atas dasar pemikiran inilah, maka sesuatu yang disusun oleh Dzat Yang Maha Agung tentunya berupa susunan yang sangat teliti dan mengandung nilai-nilai filosofis (hikmah) yang sangat tinggi pula. Oleh sebab itu, secara sistematis tentulah dalam susunan ayat-ayat al-Qur’an terdapat korelasi, keterkaitan makna (munasabah) antara suatu ayat dengan ayat dengan ayat sebelumnya atau ayat sesudahnya. Karena itu pula, sebagaimana ulama menamakan ilmu munasabah ini dengan ilmu tentang rahasia/hikmah susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an.
Asy-Syatibi menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak masalah namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surah atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian, akan terabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.
Mengetahui hubungan antara suatu ayat atau surah lain (sebelum atau sesudahnya) tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surah-surah itu dapat pula membantu kita memahami dengan tepat ayat-ayat dan surah-surah yang bersangkutan.
Ilmu ini dapat berperan mengganti ilmu asbabul nuzul, apabila kita tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu dengan yang lainnya. Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana yang didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan yang lainnya.
Tentang masalah ilmu munasabah di kalangan ulama’ terjadi perbedaan pendapat, bahwa setiap ayat atau surat selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat lain. Ada pula yang menyatakan bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Tetapi sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Ada pula yang berpendapat bahwa mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat dengan surat lainnya.
Muhammad Izah Daruzah mengatakan bahwa semula orang menyangka antara satu ayat atau surat dengan ayat atau surat yang lain tidak memiliki hubungan antara keduanya. Tetapi kenyataannya, bahwa sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat itu ada hubungan antara satu dengan yang lain. Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Alquran diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:
1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.
2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.
3. Menentukan tingkatan-tingkatan itu, apakah ada hubungannya atau tidak.
4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

E. Manfaat Mempelajari Munasabah
Menurut Muhammad Amin Suma dalam bukunya yang berjudul Ulumul Qur’an ilmu munasabah berfungsi sebagai ilmu pendukung atau penopang dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan tidak jarang dengan pendekatan ilmu munasabah penafsiran akan semakin menjadi jelas, mudah dan indah. Dan karenanya, ilmu munasabah cukup memiliki peranan dalam meningkatakan kualitas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
Dengan mempelajari munasabah Al-Qur’an kita dapat memahami dengan tepat ayat-ayat dan surat-surat yang bersangkutan dengan begitu kita akan mengetahui persambungan ataupun hubungan antara bagian al-Quran, baik antar ayat-ayat, kalimat-kalimat, maupun surat-suratnya. Dengan bantuan ilmu munasabah ini, orang akan mempunyai pengetahuan dan pengenalan yang lebih mendalam terhadap kitab Al-Quran, sekaligus memperkuat keyakinan atas kewahyuan dan kemukjizatannya.
Selain itu mempelajari munasabah Al-Qur’an juga dapat membantu dalam proses penafsiran ayat-ayat al-Quran sesudah mengetahui hubungan suatu kalimat ataupun ayat yang dengannya kalimat ataupun ayat yang lain-lainnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengertian istilah, munasabah diartikan sebagai ilmu yang membahas hikmah korelasi dan keserasian urutan ayat-ayat Al-Qur’an. Setiap penyusunan ayat, surat, maupun juz dalam al-Qur’an memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ada beberapa jenis munasabah yaitu munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya, munasabah  antar nama surah dengan  kandungan isinya, munasabah antar bagian suatu ayat, munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah, munasabah antara penutup suatu surah dengan awal surah berikutnya dan lain sebagainya.
Maka, mempelajari munasabah akan sangat membantu dalam penafsiran maupun pemahaman kandungan ayat dan surat dalam al-Qur’an. Munasabah sangatlah berperan dalam menafsirkan al-Qur’an karena tanpa mempelajari dan mengetahui munasabah, akan sangat sulit untuk menguak isi kandungan dalam setiap ayat karena tidak semua ayat bisa dipahami secara komprehensif hanya dengan mengetahui Asbab An-Nuzulnya saja.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas sebaiknya kita mempelajari munasabah Al-Qur’an agar kita dapat memahami korelasi antar ayat maupun surah dalam Al-Qur’an. Selain itu dengan mempelajari munasabah dapat membantu kita untuk menafsirkan Al-Qur’an  karena tanpa mempelajari munasabah kita akan sulit muntuk menguak isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2012. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Litera AntarNusa.
Arifin, Zakaria. 2012. Tafsir Inspirasi. Jakarta: Duta Azhar
Chirzin, Muhammad. 2014. Permata Al-Qur’an. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nasrudin, Juhana. 2017. Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur’an Praktis. Yogyakarta: Deepublish.
Syadali, Ahmad. 2000.  Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Suma, Amin. 2013. Ulumul Qu’ran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Comments

Popular posts from this blog

Makalah tentang Siklus Transfer Informasi

Makalah tentang Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance)

Laporan Analisa Film Hacker (2016)