MAKALAH LITERASI INFORMASI SEBAGAI STRATEGI PENELUSURAN INFORMASI ONLINE

 

LITERASI INFORMASI SEBAGAI STRATEGI PENELUSURAN INFORMASI ONLINE

 

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

MAYALIANA

FIRA ANANDA

KELAS: JIP-2

 

 

Gambar terkait

 

 

 

 

 

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas  bagi kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Tak lupa, sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Filsafat pada semester II dengan mengangkat tema “Literasi Informasi Sebagai Strategi Penelusuran Informasi Online”. Diharapkan, makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Literasi Informasi Sebagai Strategi Penelusuran Informasi Online.

Mungkin dalam penyusunan makalah ini, terdapat banyak kesalahan di dalamnya, maka dari itu kami harapkan kritik serta saran yang membangun sehingga di kemudian hari akan menjadi lebih baik. Kami berharap agar makalah ini akan bermanfaat bagi pembaca.

 

 

Medan, 13 Desember 2020

Disusun oleh,

 

 

Kelompok 6


 

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR............ i

DAFTAR ISI........................ ii

BAB I PENDAHULUAN                                        

A.    Latar Belakang.............. 1

B.    Rumusan Masalah........ 1

C.   Tujuan .......................... 1

BAB II Literasi Informasi Sebagai Strategi Penelusuran Informasi Online

A.    Defenisi Literasi Informasi ...................................... 3

B.    Model-Model Literasi Informasi........................ 5

C.   Penerapan Literasi Informasi........................ 7

BAB III PENUTUP              

A.    Kesimpulan.................. 12

B.    Saran........................... 12

DAFTAR PUSTAKA.......... 13


BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Literasi Informasi telah menjadi keterampilan penting pustakawan di era global saat ini. Informasi keaksaraan bagi pustakawan tidak hanya ditandai melek dan hanya untuk membacanya. Tetapi aplikasi mempunyai nilai lebih. Pustakawan harus menjadi manajer ilmu. Pustakawan harus bergerak sesuai dengan perubahan teknologi terus bergerak maju dan pustakawan harus mampu beradaptasi sebagai pencari dan pemberi informasi dalam bentuk apapun. Saat ini pustakawan dituntut tidak hanya perawatan terampil dari buku atau jenis media lainnya, tetapi juga untuk menguasai literasi informasi. Dengan demikian, pustakawan harus memiliki komitmen dan sadar untuk mengakses, memahami dan menggunakan informasi yang dikumpulkan untuk dikomunikasikan kepada orang yang membutuhkan. Perkembangan teknologi yang pesat mempengaruhi manusia dalam mengelola informasi. Ledakan informasi membawa perubahan dalam tatanan dunia yang bersifat global. Globalisme menuntut tindakan cerdas, cepat dan tepat agar bisa bertahan dalam persaingan. Demikian juga dalam dunia ilmu perpustakaan dan informasi. Untuk itu diperlukan literasi informasi sebagai strategi penelusuran informasi online. Literasi informasi akan membuat pustakawan menguasai seluruh informasi yang ada, mengarahkan dirinya dan memiliki kendali yang besar terhadap perpustakaan yang mereka tangani hingga akhirnya visi dan misi dari sebuah perpustakaan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien

B.   Rumusan Masalah

1.    Apakah defenisi literasi informasi?

2.    Apa saja model-model literasi informasi?

3.    Bagaimana penerapan literasi informasi?

C.   Tujuan

1.    Untuk mengetahui definisi literasi informasi.

2.    Untuk mengetahui model-model literasi informasi.

3.    Untuk mengetahui penerapan literasi informasi.


 

BAB II

LITERASI INFORMASI SEBAGAI STRATEGI PENELUSURAN INFORMASI ONLINE

A.   Definisi Literasi Informasi

Menurut kamus Oxford, literasi memiliki pengertian “Literacy is ability to read and write”.Literasi secara umum diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Secara lebih luas literasi merupakan sebuah kemampuan yang ada dalam diri seseorang dalam membaca atau menulis apa saja yang dia lihat, dia dengar atau yang dia rasakan. Sedangkan informasi adalah pesan , ucapan atau ekspresi atau kumpulan pesan yang terdiri dari  symbol, atau makna yang ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan, informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Kata informasi berasal dari kata perancis kuno informacion ( tahun 1387) yang diambil dari bahasa latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”.

Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa literasi dan informasi merupakan suatu kalimat yang padu dan tak terpisahkan. Literasi informasi adalah suatu kemampuan seseorang dalam mambaca dan menulis apa saja yang didapatkannya, kemudian memilah dan memilih pesan atau makna dari informasi yang diterimanya sehingga dapat diketahui nilai dari informasi tersebut.

Literasi informasi merupakan terjemahan kata information literacy . kata literasi berasal dari kata “literacy” dalam Bahasa Inggris yang berarti keberaksaraan atau kemelekan tentang suatu hal Sebelum ini istilah yang digunakan dalam Bahasa Indonesia adalah melek huruf, kemelekan huruf.

Menurut Sulistyo Basuki (2018:430-431) literasi informasi adalah kemampuan untuk berinteraksi secara tepat guna dengan informasi , seperti merumuskan kebutuhan informasi, memperoleh akses ke informasi yag dibutuhkan serta evaluasi secara efektif menggunakan informasi serta mendistribusikannya sesuai dengan ketentuan etika dan hukum. Literasi informasi membantu pembelajaran sepanjang hayat.

Menurut ALA, literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.

Dalam kamus Oxford: literacy is ability to read and write , yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis. Sedangkan Information is fact to talk, heard and discovered about somebody or something, yaitu fakta tentang seseorang atau sesuatu yang dibicarakan, didengar dan dikemukakan.

Dalam Dictionary for Library And Information Science, “information literation skill in finding the information one needs and understanding of how libraries are organized, familiary with resource the provide (including information formats and automated search tools) and knowledge of commonly use techniques. The concept also includes the effectively, as well as understanding of the technological infrastructure on which information transmission is based, including its social and culture context and impact”. Yang berarti literasi informasi adalah adalah kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, termasuk pemahaman bagaimana perpustakaan diatur, dekat dengan sumber yang tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran informasi) serta ilmu pengetahuan dari tehnik yang biasa digunakan. Konsep tersebut juga mencakup kemampuan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi isi informasi dengan kritis dan menggunakannya secara efektif seperti pemahaman terhadap perangkat teknologi sebagai dasar penyampaian informasi, termasuk bidang sosial, politik, budaya dan dampaknya.

UNESCO dalam Information for All Programme (2008) mengemukakan bahwa literasi informasi merupakan kecakapan seseorang untuk:

1.    Menyadari kebutuhan informasi

2.    Menemukan dan mengevaluasi kualitas informasi yang didapatkan

3.    Menyimpan dan menemukan kembali informasi

4.    Membuat dan menggunakan informasi secara etis dan efektif

5.    Mengkomunikasikan pengetahuan [1]

Jadi, Literasi informasi adalah keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Secara khusus keterampilan tersebut mencakup kemampuan untuk mengenal kapan informasi itu diperlukan, kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, kemampuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi, kemampuan untuk menemukan informasi secara efektif dan efisien, kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, kemampuan untuk mengorganisasi dan mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki, kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi dan kemampuan untuk melakukan semua kegiatan diatas secara efektif.

Literasi informasi adalah suatu kemampuan untuk mengetahui kapan dan mengapa ia memerlukan informasi, di mana mencarinya serta mengetahui bagaimana mengevaluasinya, menggunkannya serta mengkomunikasikannya dengan penuh etika.

Sedang menurut SNI 7330: 2009 Perpustakaan Perguruan Tinggi mendefinisikan bahwa literasi informasi (information literacy) adalah kemampuan untuk mengenal kebutuhan informasi untuk memecahkan masalah, mengembangkan gagasan, mengajukan pertanyaan penting, menggunakan berbagai strategi pengumpulan informasi, menetapkan informasi yang cocok, relevan dan otentik.[2]

Dari beberapa definisi yang kita pelajari, maka disimpulkan bahwa pengertian literasi informasi adalah merupakan seperangkat keterampilan atau kemampuan seseorang untuk menyadari kebutuhan informasinya, mengetahui sumber-sumber informasi dimana dapat mencari informasi yang dibutuhkan, mengetahui strategi mencari dan menelusur informasi tersebut, mampu memilih dan mengevaluasi informasi , mampu menginterpretasikannya untuk kemudian mengkomunikasikannya dengan etika yang baik sehingga memperoleh temuan pengetahuan baru.


 

B.   Model-Model Literasi Informasi

Model-model Literasi Informasi Untuk memiliki kemanpuan literasi informasi ada beberapa langkah yang harus dikuasai. Langkah-langkah tersebut disusun sebagai suatu model atau disebut dengan Model Literasi Informasi, dimana Model Literasi Informasi berfungsi sebagai suatu panduan bagi yang akan mempelajari Literasi Informasi.

1.    BIG6 (http://www.big6.com)

Model literasi Big6 ini dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan rekannya Robert E. Berkowitz sejak tahun 1988. Mereka menciptakan dan menerbitkannya dalam curriculum initiative : an agenda strategy for library media programs. Dalam terbitan tersebut mereka memberikan penjelasan bahwa Model Big6 ini mampu membantu dalam mempermudah penyelesaian masalah yang sedang mereka hadapi ketika sedang mencari informasi melalui pendekatan yang lebih sistematis dan praktis. Model ini sangat popular dan banyak digunakan/diadaptasi hampir diseluruh Negara bahkan di Indonesia. Big6 memiliki enam (6) tahapan pemecahan masalah yaitu:

1)    Perumusan masalah (Task Definition) yaitu merumuskan masalah dan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan.

2)    Strategi pencarian informasi (Information Seeking Strategies) yaitu menentukan sumber-sumber yang mungkin dapat digunakan dan memilih sumber terbaik

3)    Lokasi dan akses informasi (Location and Access) yaitu mengalokasikan sumber secara intelektual dan fisik, dan menemukan informasi dalam berbagai sumber-sumber tersebut. Alat pencarian informasi adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi, misalnya OPAC, Search engine dan electronic database.

4)    Pemanfaatan informasi (Use of Information) yaitu menentukan bagian informasi yang akan digunakan, memilah data yang akan dipakai untuk membangun produk dari data yang telah ditentukan sebelumnya, melakukan evaluasi sumber informasi

5)    Sintesis (Synthesis) yaitu mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber, dan mempresentasikan informasi tersebut. Kegiatan membandingkan, mengelola, menyusun dan menggabungkan informasi yang diperoleh untuk dapat membangun suatu produk informasi yang diperoleh dari sumber informasi yang berhak cipta.

6)    Evaluasi (Evaluation) yaitu mengevaluasi hasil, dan mengevaluasi proses. Melakukan pengukuran maupun perbaikan dan peningkatan kompetensi seseorang tentang literasi informasi secara terus menerus.

2.    Model SCONUL

(Seven Pillars Model) The Society of College, National and University Libraries (Sconul) di Inggris pada tahun 2011 menerbitkan the Seven Pillars of Information Literacy Model yang selalu diperbaharui sampai saat ini (dalam Widyawan, 2012: 168). Manfaatnya untuk memberikan kemudahan perkembangan gagasan diantara praktisi dalam bidang itu dan mendorong tumbuhnya debat tentang gagasan dan penerapan gagasan oleh perpustakaan terkait dengan keterampilan mahasiswa. Model Sconul menyediakan kerangka kerja yang kuat namun praktis dimana seseorang dapat mengidentifikasi dan menilai keahlian orang lain apakah telah memiliki kemampuan literasi informasi atau belum. Model SCONUL ini terdiri dari tujuh tahapan yaitu:

1)    recgnise information need (mengenali kebutuhan informasi)

2)    distinguish ways of addressing gap (membedakan cara mengatasi kesenjangan)

3)    cinstruc strategies for locating (strategi cinstruc untuk menemukan)

4)    locate and access (temukan dan akses)

5)    compare and evaluate (bandingkan dan evaluasi)

6)    organize, apply and communicate(mengenali kebutuhan informasi)

7)    synthesise and create (mensintesis dan membuat)

 

3.    Model FLKC

Model FLKC (Fikom Library and Knowledge Center) 2009, merupakan model yang dikembangkan oleh Wina Erwina. Hal khusus yang menonjol dari model ini adalah bahwa mahasiswa diajak untuk mengetahui budaya local. Uraian Model FLKC:

1) Socio-demographic, faktor ini terkait dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, suku, agama, komposisi keluarga, profesi kepala keluarga, kondisi pendidikan.

2) Psychosocial, faktor ini terkait dengan pengetahuan dan perilaku belajar secara umum, sikap atau opininya mengenai pendidikan, keyakinan yang dipegang terkait masalah pendidikan

3) Socio-economic status, faktor ini terkait dengan masalah ekonomi keluarha mahasiswa, pekerjaan dan penghasilan orang tua, fasilitas sumber informasi yang ada dimiliki di rumah, anggaran pembelian buku/sumber informasi.

4) Perceive need of literacy information, faktor ini dipengaruhi oleh sosial budaya, seperti bagaimana seseorang mahasiswa mengaplikasikan berbagai norma dan nilai serta kebiasaan terkait motode belajar dan mengakses informasi.

5) Perceived of literacy information, faktor ini terkait dengan pemahaman dan persepsi mahasiswa mengenai literasi informasi. Bagaimana kebutuhan informasinya menemukan keputusan untuk mencari informasi yang dibutuhkannya tersebut. Faktor ini juga sangat dipengaruhi oleh sosial budaya mahasiswa yang bersangkutan.

6) Institutional variables, faktor ini terkait dengan sarana, media dsan wadah sumber informasi yang berbeda di sekitar tempat tinggal mahasiswa. Sarana, media dan wadah itu bisa dibentuk institusi resmi yang dimiliki pemerintah seperti perpustakaan.

7) Curiculum, faktor yang menjebatani beragam perbedaan latarbelakang mahasiswa.

 8) Decision of literacy information model, setelah mengkaji kurikulum yang tepat, maka disusunlah model literasi informasi yang tepat untuk mahasiswa di lingkungan universitas. Model literasi informasi ini bersifat khas dan berlaku di universitas tersebut sesuai dengan social dan budaya mahasiswa yang berkembang di sana

 

 



[1] Yusniah. Information Literacy of Library Science. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta hlm. 15

[2] Himawan, Deden. 2014. Pengantar Literasi Informasi. Perpustakaan Institut Pertanian: Bogor. Hlm. 2

Comments

  1. T-shirt Designs - Toaks Titanium Arts
    T-shirt ford focus titanium hatchback Designs. We titanium sheets use ceramic vs titanium cookies to enhance your nano titanium by babyliss pro experience. titanium nipple barbells Learn more about our site use cookies and improve your website.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makalah tentang Siklus Transfer Informasi

Makalah tentang Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance)

Laporan Analisa Film Hacker (2016)